LiputanA6, Gresik – Pesantren Beji yang terletak di Desa Banyu Tengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, kini tampil sebagai pelopor dalam penguatan peran pesantren sebagai basis kader penggerak pertanian Nahdlatul Ulama (NU) dan ketahanan pangan nasional.
Dengan mengusung semangat kemandirian dan pemberdayaan santri di sektor pertanian, Pesantren Beji BanyuTengah (PBB) memadukan nilai-nilai keislaman dengan praktik pertanian berkelanjutan. Program ini menjadi bagian dari respon konkret terhadap tantangan krisis pangan dan degradasi sektor pertanian di kalangan generasi muda.
Kiai pengasuh Pesantren Beji, KH. Nursalim, menyampaikan bahwa pesantren tak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, tetapi juga harus menjadi pusat pemberdayaan umat, terutama di bidang strategis seperti pertanian dan pangan. “Santri tidak hanya harus kuat dalam spiritual, tapi juga tangguh dalam kemandirian ekonomi. Pertanian adalah jalan jihad hari ini,” ujarnya.
Didukung oleh berbagai pihak, termasuk LPNU dan lembaga pertanian di tingkat lokal, pesantren ini telah membuka pelatihan kader santri tani NU yang diarahkan menjadi motor penggerak pertanian berbasis komunitas. Berbagai komoditas seperti padi organik, hortikultura, serta ternak dan perikanan menjadi bagian dari program pelatihan terapan di lingkungan pesantren.
Program ini juga sejalan dengan visi besar kemandirian pangan yang diusung Nahdlatul Ulama, di mana pesantren didorong untuk menjadi sentra ketahanan pangan berbasis masyarakat. Langkah inovatif Pesantren Beji ini mendapat apresiasi dari banyak pihak, dan diharapkan bisa menjadi model percontohan bagi pesantren lain di Indonesia.
Dengan keberanian berinovasi dan semangat membangun kemandirian, Pesantren Beji BanyuTengah (PBB) telah menegaskan peran penting pesantren sebagai lumbung kader penggerak pertanian NU dan pilar ketahanan pangan bangsa.(A6, Gus)
